Perjuangan Menjadi Seorang Teacher of The Year 2011
Menjadi seorang pendidik adalah cita-cita saya sejak
kecil. Begitu bangga ketika saya menjadi seorang guru di MA/ MTs Darul Fikri
Cipongkor setelah keluar dari MA AL-INAYAH kota Bandung. Walaupun hanya sebagai
guru honorer yang gajinya tidak seberapa tapi hal itu tidak menjadi kendala.
Karena sejak kecil orang tua saya selalu mengajarkan saya untuk selalu beramal
untuk bekal akhirat nanti. Ternyata tidak mudah menjadi seorang guru yang
berkompeten. Saya tidak langsung jadi guru. Bertahap dari tenaga administrasi,
kemudian diberi kepercayaan untuk menjadi PKS Bidang Kurikulum. Saya merasa
aneh, diberi kepercayaan seberat itu oleh kepala sekolah. Karena saya bukan
lulusan sarjana. Dengan keuletan, dan kesabaran alhamdulillah saya
diberi kepercayaan menjadi guru Bahasa Indonesia. Karena saya gemar menulis
seperti puisi, cerpen, dan lain-lain.
Setelah tiga tahun mengajar di MA/ MTs Darul Fikri
Cipongkor, saya pun menikah. Kemudian
saya pindah ke rumah suami saya yang letaknya jauh dari rumah yang sebelumnya.
Sehingga semua aktivitas pun saya tinggalkan karena saya akan menjadi Tutor di
PAUD/RA Nurul Ilmi. Sudah bisa saya bayangkan kalau mengajar anak-anak usia
dini akan berbeda dengan anak-anak SLTA atau SLTP. Akan tetapi tekad saya sudah
bulat dimana pun kita mengajar sama saja bernilai ibadah. Asalkan bermodal hati
yang ikhlas.
Tak semudah yang saya bayangkan, ternyata keluar dari
Darul Fikri saya mendapatkan cacian dan makian dari orang-orang yang begitu
dekat dengan saya. Mereka berkata bahwa derajat saya menurun dari gaji Rp.
2000.000,00/Bulan menjadi tidak bergaji. Seperti kita ketahui yang namanya
sekolah PAUD/RA di kampung tidak digaji. Tapi saya tidak peduli dengan
kenyataan itu karena saya ikhlas mau menjadi Tutor anak-anak PAUD/RA. Yang saya
sesalkan kenapa mereka seperti itu padahal mereka itu adalah guru saya yang
sudah sarjana. Hati saya sakit, perih, ingin sekali melampiaskan kemarahan
kepada mereka. Namun alhamdulillah saya bisa meredamnya, Allah Yang Maha
Tahu Segalanya. Tak sedikit pun dalam hati untuk mengurungkan niat saya untuk
menjadi Tutor anak PAUD/RA. Bahkan semakin semangat dan tak sabar bertemu
dengan anak-anak.
Hari pertama sekolah pun tiba, pagi itu saya semangat
bergegas untuk pergi ke sekolah. Ternyata letaknya tidak jauh dari rumah suami
saya. Nama sekolah itu PAUD/RA Nurul Ilmi terletak di Kp. Cikenung RT 03/ Rw 05
Desa Karanganyar Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat 40562. Tak lama
kemudian sampailah di sekolah, saya terkejut ternyata mereka belajar di rumah
bibi saya. Dengan segala keterbatasan sarana prasarana, mereka tetap belajar
dengan antusias. Subhanallah, begitu tinggi semangat mereka. Hati saya
merasa terpanggil untuk menjadi Tutor mereka. Pada hari itu saya tidak langsung
mengajar, saya hanya memperhatikan Tutor senior mengajar. Saya melihat karakter
anak satu persatu, supaya saya bisa lebih mengenal mereka dan memahami mereka.
Anak usia 3-6 tahun mempunyai otak cerdas atau masa keemasan. Dimana otak
mereka mudah mentransfer ilmu. Maka dari itu kita harus benar-benar
memanfaatkan kesempatan ini. Selain itu, mengajar anak seusia mereka memerlukan
kesabaran, kegigihan, pintar memecahkan masalah, dan banyak hal lain yang harus
dimiliki. Ini adalah tugas besar bagi saya untuk menjadi Tutor anak usia dini.
Saya harus mempersiapkan mental yang kuat karena anak-anak yang saya hadapi
berbeda dengan anak-anak SLTA.
Setelah satu minggu, saya pun mulai aktif mengajar. Saya
diberi tugas sebagai Tutor bidang Bahasa. Sekarang yang mengelilingi saya
adalah anak-anak yang lucu, manis, ceria dan mereka punya karakter yang unik.
Ada yang aktif, pasif, agresif, dan lain-lain. Dalam hati, saya berbicara dan
merenung : “Ya Allah……… ini adalah pertama kali saya mengajar anak-anak usia
3-6 tahun. Mereka adalah saya dua puluh tahun silam. Mungkin orang tua saya
merasa senang, kesal, ketika mendidik saya. Akan tetapi beliau tak pernah
mengeluh. Beliau selalu bersabar dan terus menyayangiku sehingga saya bisa
seperti ini. Terima kasih Ayah, Terima kasih Bunda”. Insyaallah saya bisa
seperti beliau. Sabar dalam mendidik mereka, demi terwujudnya generasi islam
yang cerdas. Amin……….
Setiap hari saya dan kawan-kawan terus berusaha menjadi Teacher
yang baik bagi mereka. Sebelum pelajaran inti, saya mengawali pelajaran dengan
pembiasaan yaitu olahraga, mengajarkan do’a-do’a, dan praktek ibadah. Setahap
demi setahap ilmu yang saya punya disampaikan dan diterapkan pada mereka.
Alhamdulillah, dengan penuh kesabaran dan keikhlasan anak-anak bisa wudlu,
shalat, bisa saling menghargai. Hal ini dilakukan demi terwujudnya generasi
islam yang cerdas. Dalam bidang bahasa, mereka bisa membaca, menulis,
bercerita, berpidato dan lain-lain. Begitu halnya dalam bidang yang lain mereka
sangat berprestasi.
Perjuangan saya dan kawan-kawan semakin lama semakin
bersemangat. Saya ingin menjadikan mereka anak-anak yang kreatif, cerdas dan
inovatif. Yang paling penting adalah menanamkan jiwa yang agamis dalam diri
mereka sejak dini agar kelak mereka menjadi anak yang berguna bagi bangsa dan
agama. Itulah harapanku.
Tak terasa sudah hampir satu bulan saya mengajar.
Anak-anak semakin akrab dengan saya, akan tetapi prilaku mereka semakin
agresif. Ada kejadian yang membuat saya sadar dan berpikir sehingga saya
menemukan problem solving untuk anak yang tempramental pada guru dan
teman-temannya. Pada suatu hari, ketika sedang mengajar saya menegur anak yang
sedang main-main ketika anak-anak yang lain membaca IQRA. Anak itu malah
memukul mataku dengan tangannya kemudian menangis. Padahal saya menegurnya
pelan-pelan. Akhirnya saya sejenak berpikir kenapa dia seperti itu. Saya
mencoba menenangkannya dengan terus memuji dia dan mengatakan bahwa dia akan
juara kelas kalau dia saling menyayangi baik dengan guru maupun temannya. Dia
lansung meminta maaf pada saya. Ternyata anak-anak itu senang dipuji dan
Alhamdulillah sampai sekarang dia selalu bersikap baik. Hatiku merasa lega.
Hari-hari yang melelahkan tapi menyenangkan. Mengajar anak usia dini dapat
menghibur hati, membuat tertawa. Terima kasih ya Allah.
Setelah satu tahun mengajar, ada perlombaan di tingkat
kecamatan. Tiap hari, kami melatih anak-anak. Ada yang berlatih pidato,
mewarnai, senam, tahfidz surat-surat pendek, dan latihan menari. Kami sangat
bangga karena mereka mempunyai kemampuan yang bervariasi sehingga semua
perlombaan kami ikuti. Dan Alhamdulillah mereka mendapatkan 3 piala dan
piagam penghargaan. Dari nol kami mendidik, pengalaman pahit dan manis kami
alami akhirnya membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Mereka semua anak yang cerdas.
Namun di sisi lain mereka tidak mempunyai sarana prasarana yang menunjang
keberhasilan mereka. Bangunan sekolah, tempat bermain, media pembelajaran yang
memadai, itu semua belum mereka dapatkan. Untuk itu saya selalu memberi
motivasi supaya mereka tidak putus asa dan saya bersama pengurus Yayasan akan
terus berjuang melengkapi semuanya. Oleh karena itu saya layak menjadi Teacher
of The Year 2011 untuk anak-anakku yang tercinta. Saya akan terus berusaha
mendidik mereka dan menjadi yang terbaik bagi mereka dengan kesabaran dan
keikhlasan. Walaupun profesi saya ini tidak menghasilkan uang, tapi saya
mendapatkan ketenangan batin. Saya ikhlas hari-hari saya dihiasi oleh mereka.
Saya mencintai dan menyayangi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar