Senin, 26 November 2012

Perjuangan Menjadi Seorang Teacher of The Year 2011



Perjuangan Menjadi Seorang Teacher of The Year 2011

Menjadi seorang pendidik adalah cita-cita saya sejak kecil. Begitu bangga ketika saya menjadi seorang guru di MA/ MTs Darul Fikri Cipongkor setelah keluar dari MA AL-INAYAH kota Bandung. Walaupun hanya sebagai guru honorer yang gajinya tidak seberapa tapi hal itu tidak menjadi kendala. Karena sejak kecil orang tua saya selalu mengajarkan saya untuk selalu beramal untuk bekal akhirat nanti. Ternyata tidak mudah menjadi seorang guru yang berkompeten. Saya tidak langsung jadi guru. Bertahap dari tenaga administrasi, kemudian diberi kepercayaan untuk menjadi PKS Bidang Kurikulum. Saya merasa aneh, diberi kepercayaan seberat itu oleh kepala sekolah. Karena saya bukan lulusan sarjana. Dengan keuletan, dan kesabaran alhamdulillah saya diberi kepercayaan menjadi guru Bahasa Indonesia. Karena saya gemar menulis seperti puisi, cerpen, dan lain-lain.
Setelah tiga tahun mengajar di MA/ MTs Darul Fikri Cipongkor,  saya pun menikah. Kemudian saya pindah ke rumah suami saya yang letaknya jauh dari rumah yang sebelumnya. Sehingga semua aktivitas pun saya tinggalkan karena saya akan menjadi Tutor di PAUD/RA Nurul Ilmi. Sudah bisa saya bayangkan kalau mengajar anak-anak usia dini akan berbeda dengan anak-anak SLTA atau SLTP. Akan tetapi tekad saya sudah bulat dimana pun kita mengajar sama saja bernilai ibadah. Asalkan bermodal hati yang ikhlas.
Tak semudah yang saya bayangkan, ternyata keluar dari Darul Fikri saya mendapatkan cacian dan makian dari orang-orang yang begitu dekat dengan saya. Mereka berkata bahwa derajat saya menurun dari gaji Rp. 2000.000,00/Bulan menjadi tidak bergaji. Seperti kita ketahui yang namanya sekolah PAUD/RA di kampung tidak digaji. Tapi saya tidak peduli dengan kenyataan itu karena saya ikhlas mau menjadi Tutor anak-anak PAUD/RA. Yang saya sesalkan kenapa mereka seperti itu padahal mereka itu adalah guru saya yang sudah sarjana. Hati saya sakit, perih, ingin sekali melampiaskan kemarahan kepada mereka. Namun alhamdulillah saya bisa meredamnya, Allah Yang Maha Tahu Segalanya. Tak sedikit pun dalam hati untuk mengurungkan niat saya untuk menjadi Tutor anak PAUD/RA. Bahkan semakin semangat dan tak sabar bertemu dengan anak-anak.
Hari pertama sekolah pun tiba, pagi itu saya semangat bergegas untuk pergi ke sekolah. Ternyata letaknya tidak jauh dari rumah suami saya. Nama sekolah itu PAUD/RA Nurul Ilmi terletak di Kp. Cikenung RT 03/ Rw 05 Desa Karanganyar Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat 40562. Tak lama kemudian sampailah di sekolah, saya terkejut ternyata mereka belajar di rumah bibi saya. Dengan segala keterbatasan sarana prasarana, mereka tetap belajar dengan antusias. Subhanallah, begitu tinggi semangat mereka. Hati saya merasa terpanggil untuk menjadi Tutor mereka. Pada hari itu saya tidak langsung mengajar, saya hanya memperhatikan Tutor senior mengajar. Saya melihat karakter anak satu persatu, supaya saya bisa lebih mengenal mereka dan memahami mereka. Anak usia 3-6 tahun mempunyai otak cerdas atau masa keemasan. Dimana otak mereka mudah mentransfer ilmu. Maka dari itu kita harus benar-benar memanfaatkan kesempatan ini. Selain itu, mengajar anak seusia mereka memerlukan kesabaran, kegigihan, pintar memecahkan masalah, dan banyak hal lain yang harus dimiliki. Ini adalah tugas besar bagi saya untuk menjadi Tutor anak usia dini. Saya harus mempersiapkan mental yang kuat karena anak-anak yang saya hadapi berbeda dengan anak-anak SLTA.
Setelah satu minggu, saya pun mulai aktif mengajar. Saya diberi tugas sebagai Tutor bidang Bahasa. Sekarang yang mengelilingi saya adalah anak-anak yang lucu, manis, ceria dan mereka punya karakter yang unik. Ada yang aktif, pasif, agresif, dan lain-lain. Dalam hati, saya berbicara dan merenung : “Ya Allah……… ini adalah pertama kali saya mengajar anak-anak usia 3-6 tahun. Mereka adalah saya dua puluh tahun silam. Mungkin orang tua saya merasa senang, kesal, ketika mendidik saya. Akan tetapi beliau tak pernah mengeluh. Beliau selalu bersabar dan terus menyayangiku sehingga saya bisa seperti ini. Terima kasih Ayah, Terima kasih Bunda”. Insyaallah saya bisa seperti beliau. Sabar dalam mendidik mereka, demi terwujudnya generasi islam yang cerdas. Amin……….
Setiap hari saya dan kawan-kawan terus berusaha menjadi Teacher yang baik bagi mereka. Sebelum pelajaran inti, saya mengawali pelajaran dengan pembiasaan yaitu olahraga, mengajarkan do’a-do’a, dan praktek ibadah. Setahap demi setahap ilmu yang saya punya disampaikan dan diterapkan pada mereka. Alhamdulillah, dengan penuh kesabaran dan keikhlasan anak-anak bisa wudlu, shalat, bisa saling menghargai. Hal ini dilakukan demi terwujudnya generasi islam yang cerdas. Dalam bidang bahasa, mereka bisa membaca, menulis, bercerita, berpidato dan lain-lain. Begitu halnya dalam bidang yang lain mereka sangat berprestasi.
Perjuangan saya dan kawan-kawan semakin lama semakin bersemangat. Saya ingin menjadikan mereka anak-anak yang kreatif, cerdas dan inovatif. Yang paling penting adalah menanamkan jiwa yang agamis dalam diri mereka sejak dini agar kelak mereka menjadi anak yang berguna bagi bangsa dan agama. Itulah harapanku.
Tak terasa sudah hampir satu bulan saya mengajar. Anak-anak semakin akrab dengan saya, akan tetapi prilaku mereka semakin agresif. Ada kejadian yang membuat saya sadar dan berpikir sehingga saya menemukan problem solving untuk anak yang tempramental pada guru dan teman-temannya. Pada suatu hari, ketika sedang mengajar saya menegur anak yang sedang main-main ketika anak-anak yang lain membaca IQRA. Anak itu malah memukul mataku dengan tangannya kemudian menangis. Padahal saya menegurnya pelan-pelan. Akhirnya saya sejenak berpikir kenapa dia seperti itu. Saya mencoba menenangkannya dengan terus memuji dia dan mengatakan bahwa dia akan juara kelas kalau dia saling menyayangi baik dengan guru maupun temannya. Dia lansung meminta maaf pada saya. Ternyata anak-anak itu senang dipuji dan Alhamdulillah sampai sekarang dia selalu bersikap baik. Hatiku merasa lega. Hari-hari yang melelahkan tapi menyenangkan. Mengajar anak usia dini dapat menghibur hati, membuat tertawa. Terima kasih ya Allah.
Setelah satu tahun mengajar, ada perlombaan di tingkat kecamatan. Tiap hari, kami melatih anak-anak. Ada yang berlatih pidato, mewarnai, senam, tahfidz surat-surat pendek, dan latihan menari. Kami sangat bangga karena mereka mempunyai kemampuan yang bervariasi sehingga semua perlombaan kami ikuti. Dan Alhamdulillah mereka mendapatkan 3 piala dan piagam penghargaan. Dari nol kami mendidik, pengalaman pahit dan manis kami alami akhirnya membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Mereka semua anak yang cerdas. Namun di sisi lain mereka tidak mempunyai sarana prasarana yang menunjang keberhasilan mereka. Bangunan sekolah, tempat bermain, media pembelajaran yang memadai, itu semua belum mereka dapatkan. Untuk itu saya selalu memberi motivasi supaya mereka tidak putus asa dan saya bersama pengurus Yayasan akan terus berjuang melengkapi semuanya. Oleh karena itu saya layak menjadi Teacher of The Year 2011 untuk anak-anakku yang tercinta. Saya akan terus berusaha mendidik mereka dan menjadi yang terbaik bagi mereka dengan kesabaran dan keikhlasan. Walaupun profesi saya ini tidak menghasilkan uang, tapi saya mendapatkan ketenangan batin. Saya ikhlas hari-hari saya dihiasi oleh mereka. Saya mencintai dan menyayangi mereka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar